Sunday, May 27, 2012

Medley (03)

Jatuh Terhormat

Saya menangis. Benar. Sesaknya seperti isak tangis. Berderai bersamaan dengan turunnya hujan. Mungkinairmata sudah diwakilkan oleh rinai. Tapi nafas tak berbohong. Isak semu yang menyekat tenggorokan memanksaku jujur. jujur pada hati dan diri sendiri. Bahwa kali ini saya kalah...

Saya tahu, rasa bukan soal kalah dan menang, tapi soal diterima atau tidak. Mungkin saya terlalu sederhana melihat rasa. Terlalu naif. Ah, sudahlah... Kebanyakan omong bisa bikin airmata beneran tumpah ruah.

Dan saya tak mau itu terjadi. Saya tetap tidak mau terlihat kalah. Biarkan saya jatuh dengan terhormat.

***
Perempuan Merindu
Perempuan-perempuan merindu. Selamat malam. Jangan simpan rindu ini sendirian. Lepaskanlah. Terbangkanlah ke angkasa. Biar langit malam ini penuh dengan kasih sayang. Sampai meledakan bunga-bunga jiwa yang mengisi sela-sela kehidupan. Biar malam terasa hangat. Hangatnya menyentuh hati.

Aku juga sedang merindu. Tak apa. Rindu itu semacam manisan hati. Asal kau tahu komposisinya, kau takkan terserang batuk...

***
Sebelum

Bocah. Kelakuan mu itu.
Yasudahlah... Nikmatilah, bocah tua.
Sebelum tangan-tangan keras kehidupan menggenggammu.
Sebelum kelakuanmu kini menjadi terlarang bagimu nanti.
Nikmatilah, sebelum kelakuanmu kini dianggap sudah tak pantas untukmu lagi.
Sebelum nilai mengikatmu secara paksa.
Sebelum... Sebelum...

08 Mei 2012

***
Masterpiece

Pernahkah kau berpikir bahwa manusia adalah sebuah karya masterpiece Tuhan.
Manusia dapat berpikir.
Ia dapat menentukan hidupnya sendiri.
Ia bisa memilih menjadi egois atau bijak.
Padahal ia begitu kecil.
Tapi mempunyai kendali didalam kendali.
Luar biasa...