Sunday, November 27, 2011

Runtuh

Runtuh begitu saja. Hilang dan tenggela. Tersisa aku disana. Menatap ombak yang bergulung-gulung. Meninju udara panas pantai diatasnya. Mengeluarkan buih-buih para peri laut.

Reruntuhan itu menguap. Meninggalkan aku yang masih saja terisak pada harapan keji itu. Benci sekali rasanya. Aku menggaruk tanah. Membuangnya seakan ada seseorang yang terkena lemparan pasir itu. Benci sekali.

Namun aku enggan untuk kembali berjalan. Terlalu lelah, kau tau. Terlalu bosan. Ingin ku diam sementara disini. Tak bergerak kemanapun. Ditemani lagu-lagu kegelapan yang merdu ini.

Sungguh. Aku kehilangan asa. aa yang terbang terbawa langkah waktu. Sial. Sungguh. Kembali pada realita  pun aku malas. Karena realita terlalu kejam menghardik keadaanku. Dan pasti. Kembali. Melahirkan bayi-bayi harapan yang kembali nanti akan aku enyahkan lagi. Sial. Sedang sial nampaknya aku ini.

Padahal lagu ini begitu ikhlas. Dan aku mencoba bijak dan ikhlas. Kemudian terlelap. Kecapaian sendiri.

Berkah

Udah sering aku menulis tentang berkah Tuhan. Dan kini lagi.

Anggap saja mereka adalah berkah-berkah kecil yang terselip diantara keruwetan hari-hari ku. Kecil dan manis. Tuhan memang kelewat romantis.

Wednesday, November 23, 2011

Good Place

Aku suka tempat ini. Banyak yang berlalulalang namun dalam tenang. Tetes air wudhu jatuh ke lantai cokelat. Membuat dingin lantai. Menjalar dari ujung tulang ekor sampai ke kepala. Meregangkan syaraf-syaraf otak yang panas dan kusut.

Aku lupa pertama kali bertemu dengan tempat ini. Lokasinya begitu memojok dari peradaban. Tapi aku masih bisa melihat peradaban dari sini. Menjadi diluar dari peradaban itu sendiri. Menjadi seperti hantu yang tersingkir dari kehidupan. Gak apa-apa. Sekali-kali aku menikmati terlempar dari pusat-pusat panas itu.

Ah, iya waktu itu. Pertama kali aku bertemu tempat ini. Dan selalu ketika aku buntu dam suatu hal. Kemudian aku pergi kesini, ke tempat yang dingin ini.

Mungkin karena banyak doa di tempat ini sehingga begitu dingin. Dan seperti aku sekarang ini yang terus memanjatkan doa. Sampai doa yang aku tidak bisa lafalkan sekalipun. Doa yang hanya hati dan Tuhan yang tau. Tuhan tau aku hampir menangis, dengan tekanan yang secuil ini. Tapi aku tetap terlalu ringkih untuk menjalaninya. Bahwa aku bukan apa-apa.

Aku cuma anak kecil yang mencoba besar. Tapi tak punya daya kuasa untuk menjamah keadaan. Semoga Tuhan mengerti dari kekacauan lafal doa ku. Karena aku sampai tak bisa melafalkannya lagi. Semoga Kau mengerti ya Tuhan...
Ridhoilah usahaku Ya Allah....